KOTABARU, LOGIKABERITA.COM – Ungkapan tersebut terlontar dari salah satu dalang wayang kulit banjar yakni Pukransyah atau yang biasa dipanggil Kai Umpok. Ia yang lahir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah tepatnya di Kecamatan Ilung, sudah sejak lama menggandrungi dunia wayang..
Di usia yang sudah tidak lagi muda kurang lebih 80 tahun, selama belasan tahun ia tinggal di Desa Langkang Baru Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, berharap ada penerus dirinya untuk bisa mempelajari kesenian wayang kulit banjar tersebut.
Menurut Kai Umpok, pagelaran wayang kulit banjar sudah jarang terlihat dimasa sekarang, ia yang sudah berwara wiri di bumi Saijaan memperkenalkan kesenian banua tersebut. Namun, di zaman sekarang sangat di sayangkan suguhan wayang kulit banjar ini sudah jarang dimainkan.
Saat dijumpai logikaberita.com, Kai Umpok mengatakan bahwa, pagelaran semacam itu memang sudah jarang di tampilkan, ia khawatir budaya wayang kulit banjar justru nantinya tergerus oleh zaman.
“Untuk malam ini cerita yang kita angkat terkait dengan pembagian harta dan banyak pesan moral yang tersampaikan,” ungkapnya, Sabtu malam (28/07/25), sebelum pagelaran dimulai.
Menurutnya, pagelaran semacam ini mestinya terus dilakoni sehingga generasi muda dapat lebih mengenal wayang kulit khas banjar, sehingga ada regenerasi ditahun-tahun mendatang.
“Harusnya memang mesti ada regenerasi, jangan sampai seni wayang kulit banjar kita tergerus bahkan nantinya hilang di makan zaman,” harapnya.
Melihat pagelaran tersebut, Fitri salah satu penonton yang juga penggiat seni menyampaikan, satu harapan yang di sampaikan olehnya adalah harus ada penerus dalang dalam memainkan lakon wayang kulit banjar, jangan sampai hilang.
“Ini adalah kesenian dari budaya kita dan ini mesti dilestarikan, jangan sampai generasi muda tidak mengetahui kesenian tradisional ini,” kata Ifit sapaan akrabnya.
Melihat antusias penonton yang justru muda mudi terwakilkan oleh kaum milenial, ia bangga. Dalam artian, budaya wayang kulit banjar ternyata di gemari meskipun jarang ditampilkan.
Menurutnya, konsep malam tempo dulu yang di gagas oleh kawan-kawan dari Dewan Kesenian Kotabaru dan Disparpora menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat.
“Dalam setiap malam Minggu tema yang disuguhkan berbeda-beda, tujuannya agar generasi muda melihat sisi potret kehidupan masa lalu, justru kaum muda banyak yang datang, entah itu hanya berswafhoto, membaca buku maupun bersantai sejenak melepas lelah,” tambahnya pula.
Berkenaan dengan wayang kulit banjar, ia berharap kegiatan itu terus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Setidaknya generasi mendatang mengetahui kesenian-kesenian khas dari banua.
“Tentu kita semua berharap, kesenian ini tetap terjaga dengan baik ditengah modernisasi yang sekarang kita hadapi, budaya harus dilestarikan untuk anak cucu di masa yang akan datang,” pungkasnya. (rhm)
Komentar