SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berita Hari Ini Budaya
Beranda » Berita » “Kecapi Bugis” Antara Ada Dan Tiada

“Kecapi Bugis” Antara Ada Dan Tiada

KETERANGAN FHOTO : Daeng Colle Detunrung, salah seorang seniman Kecapi Bugis yang ada di Kabupaten Kotabaru
KETERANGAN FHOTO : Daeng Colle Detunrung, salah seorang seniman Kecapi Bugis yang ada di Kabupaten Kotabaru

KOTABARU, LOGIKABERITA.COM – Hampir mirip dengan alunan suara alat musik khas Banjar yaitu Panting, alat musik yang satu ini mungkin terasa berbeda karena hanya memiliki 2 senar tali, bagi sebagian orang yang ada di Kabupaten Kotabaru Kecapi Bugis terasa asing terdengar, karena sejatinya musik tersebut berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan yang biasa dimainkan oleh saudara kita dari suku Bugis.

Memang tak banyak orang tahu, apalagi wilayah Kalimantan Selatan mayoritasnya di huni oleh suku Banjar. Namun, kehadiran alat musik yang satu ini tentu menambah ke khasan kesenian budaya ditengah-tengah masyarakat.

Daeng Colle Detunrung, dikenal sebagai sorang seniman Kecapi Bugis dan juga ia telah melahirkan beberapa lirik lagu yang dimainkan menggunakan Kecapi Bugis, hanya saja belum banyak diketahui orang.

KETERANGAN FHOTO : Daeng Colle Detunrung sedang memanikan Kecapi Bugis miliknya dengan membawakan lagu Bugis

KETERANGAN FHOTO : Daeng Colle Detunrung memperkenalkan alat musik Kecapi Bugis

Ia yang datang ke Bumi Saijaan sejak tahun 1993, terus konsen memperkenalkan alat musik tersebut ditengah masyarakat. Bahkan bukan hanya itu saja, ia juga bisa membuat Kecapi Bugis dengan keahlian tangannya sendiri.

Ketika ditemui logikaberita.com, Daeng Colle panggilan akrabnya, sedang membuat Kecapi Bugis yang berbahan kayu nangka, menurutnya bukan hal mudah untuk bisa menghasilkan 1 karya. Karena memerlukan waktu kurang lebih 1 bulan pengerjaan untuk bisa menghasilkan 1 buah Kecapi Bugis dan itu dikerjakan dengan telaten serta kesabaran karena harus membuat ukiran di beberapa titik kayunya.

Raja Tumpang, Senjata Tradisional Khas Kalimantan

“Untuk bisa menghasjlkan 1 buah karya Kecapi Bugis ini memerlukan waktu 1 bulan, dan itu harus tekun dalam pengerjaannya,” tutur Daeng Colle.

KETERANGAN FHOTO : Daeng Colle Detunrung sedang membuat Kecapi Bugis di kediamannya

KETERANGAN FHOTO : Daeng Colle Detunrung sedang membuat Kecapi Bugis di kediamannya

Menurutnya dimasa sekarang, hampir jarang orang memainkan Kecapi Bugis khususnya di Kabupaten Kotabaru. Sebelum-sebelumnya, ia pernah tampil membawakan beberapa lagu menggunakan alat musik tersebut dan itu menjadi perhatian.

“Saya sangat menyadari, kesenian Kecapi Bugis sudah jarang ditampilkan dan diperdengarkan untuk masyarakat Kabupaten Kotabaru, dan satu halnya adalah saya juga menyayangkan tidak ada regenerasinya didaerah kita, padahal masyarakat Bugis juga banyak yang mendiami Bumi Saijaan ini. Mungkin ada, tapi hanya segelintir yang mau belajar,” tambahnya kemudian.

Ia berharap kepada generasi muda, ada yang mau belajar untuk bisa memainkan alat musik Kecapi Bugis tersebut, dan ia siap meluangkan waktunya. Satu hal menurutnya adalah, warisan budaya harus terus dijaga kelestariannya karena itu menjadi cerminan bangsa Indonesia yang dikenal dengan keberagaman budaya dan adat istiadatnya.

“Alhamdulillah baru saja saya bersama teman memainkan Kecapi Bugis dengan membawakan lagu Paris Barantai, dan ini menjadi kolaborasi yang sangat baik,” imbuhnya.

Menikmati Cendramata Yang Tersembunyi Di Ujung Kalimantan

KETERANGAN FHOTO : Daeng Colle Detunrung bersama penggiat musik sedang berkolaborasi membawakan lagu Paris Barantai menggunakan Kecapi Bugis

KETERANGAN FHOTO : Daeng Colle Detunrung bersama salah seorang penggiat musik sedang berkolaborasi membawakan lagu Paris Barantai menggunakan Kecapi Bugis

Sementara, salah seorang penggiat musik di Kabupaten Kotabaru, Willy sangat mengapresiasi adanya Kecapi Bugis, meskipun disadari hanya sebagian orang saja yang mengetahuinya.

“Saya sebagai orang Banjar asli, bangga dengan adanya kehadiran alat musik Kecapi Bugis ini di daerah kita, karena selain menjadi edukasi yang baik, juga bisa saling berkolaborasi antara musik Panting Banjar dan Kecapi Bugis serta alat-alat musik lainnya,” ujarnya.

Disambungnya lagi, nanti pada Festival Budaya Saijaan (FBS) yang berlangsung pada tanggal 21-24 Agustus 2025, Kecapi Bugis ikut serta dalam moment budaya yang digelar setiap tahun oleh Pemerintah Daerah.

“Kalau tidak salah, nanti di perayaan FBS akan ditampilkan Kecapi Bugis dengan membawakan lagu Paris Barantai dan lagu Bugis, dan hal itu tentu menjadi salah satu tontonan menarik,” jelasnya kemudian.

Menjadi harapannya kedepan kesenian-kesenian daerah akan terus dilestarikan dalam menjaga warisan budaya. “Di Kabupaten Kotabaru sendiri bisa dikatakan sebagai miniatur daerah, karena bukan hanya suku Banjar saja yang mendiaminya, melainkan juga ada suku Dayak, Jawa, Bugis, Mandar, Melayu, dan saudara-saudara kita dari Indonesia bagian timur dan lainnya, sejak dulu masyarakat kita disini hidup damai, bertoleransi dan saling menghargai. Lestarikan adat istiadat, lestarikan budaya dan keseniannya untuk membangun kebersamaan di Bumi Saijaan khususnya dan di Indonesia pada umumnya,” tutupnya. (rhm)

Belajar Secara Otodidak, Kini Hasil Karyanya “Gagang dan Kumpang” Mendapat Apresiasi

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement