SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berita Hari Ini Daerah
Beranda » Berita » Belajar Secara Otodidak, Kini Hasil Karyanya “Gagang dan Kumpang” Mendapat Apresiasi

Belajar Secara Otodidak, Kini Hasil Karyanya “Gagang dan Kumpang” Mendapat Apresiasi

KOTABARU, LOGIKABERITA.COM – Ramadhani, salah seorang pengrajin sarung dan pegangan pisau (kumpang dan hulu, dalam bahasa khas Banjar) dari Desa Gunung Sari, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kotabaru kini banjir pesanan.

Padahal ia sendiri belajar secara otodidak khususnya membuat ukiran di pegangan dan kumpang pisau dengan berbagai jenis tergantung dari pesanan. Sementara untuk keahlian membuat sarung pisau sendiri, ia dapatkan dari sang ayah, karena merupakan pengrajin serupa.

Ketika ditemui logikaberita.com di pondok sederhana tepat berada di belakang rumahnya, Ramadhani menjelaskan, ia bersyukur hasil karyanya telah banyak mendapat apresiasi, untuk pemesan sendiri kebanyakan dari warga lokal, namun ada pula pembeli dari luar pulau Kalimantan seperti daerah Jawa Timur. Bahkan, pernah juga ada pemesan datang dari negeri ziran Malaysia.

“Alhamdulillah, tentu saya sangat bersyukur produk buatan tangan yang saya kerjakan ternyata mendapat pasar dan itu pastinya mendatangkan nilai ekonomis,” ujarnya, Selasa (06/10/25).

Raja Tumpang, Senjata Tradisional Khas Kalimantan

Dikatakannya lebih jauh, untuk proses pembuatannya tergantung dari jenis kayu, kadang 1 hari bisa membuat 4 sarung pisau, terkadang juga sampai 1 bulan baru rampung.

“Proses lama pengerjaan tergantung pesanan, jenis kayunya dan tingkat kesulitan dalam membuat ukiran diatas kayu tersebut,” tambahnya.

Satu halnya adalah, sambungnya lagi, ada keuntungan ketika memasarkan produk melalui media sosial, misalkan Facebook, Youtube dan sebagainya, dan itu terbukti pesanan yang datang justru dari hal-hal tersebut, selain mereka yang datang langsung.

“Medsos itu baik, tergantung dari kita mau menggunakannya untuk apa, kalo saya pribadi memang khusus memasarkan produk saja sehingga dari situ orang banyak yang melihatnya,” jelasnya.

Menikmati Cendramata Yang Tersembunyi Di Ujung Kalimantan

Pada kesempatan yang sama, salah satu warga yang memesan pegangan pisau, Adam Febrian mengaku apresiasi atas hasil karya yang dikerjakan, karena menurutnya tidak gampang menggeluti usaha itu, harus punya skill dan kemampuan khusus, apalagi untuk membuat ukirannya.

“Kebetulan saya memesan gagang pisau, saya sendiri tergabung dalam satu komunitas pelestari benda pusaka banua,” katanya.

Tujuannya jelas, sebagai ajang untuk saling bertukar informasi sejarah tentang benda pusaka yang ada di tanah Banjar. Bukan untuk pamer apalagi sampai menyalahgunakannya, tentu hal itu dilarang dan sangat tidak dianjurkan.

“Harus kita akui, di Kabupaten Kotabaru sangat jarang dijumpai pengrajin seperti ini, harapan kita semoga terus berkembang dan generasi muda juga di ingatkan jangan sampai lupa akan budaya sendiri, karena pisau atau wasi merupakan salah satu warisan budaya secara turun temurun yang di wariskan kepada kita. Jaga dan lestarikan budaya kita sendiri,” tutupnya. (dam)

Ketua JMSI : “Jumat Berkah” Ini Wujud Kepedulian Kami Bersama SDE Untuk Berbagi

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement