KOTABARU, LOGIKABERITA.COM – Kalimantan dikenal memiliki keanekaragaman warisan budaya, diantara banyaknya adalah senjata tradisional yang biasa dikenal masyarakat Banjar disebut Wasi, dan Raja Tumpang adalah salah satu yang menjadi eksistensi nyata budaya bersejarah di Kalimantan Selatan.

Meski tak memiliki history yang tertulis, pusaka Raja Tumpang sering menjadi cerita turun temurun bagi warga pribumi di Kalimantan Selatan, tidak ada klaim khusus tentang pusaka ini , namun dalam tutur lisan orang tua terdahulu , Raja Tumpang bukan hanya sekedar senjata namun dia juga menjadi tanda pengenal atau identitasnya orang asli Kalimantan.
Memiliki bentuk yang lurus bermata dua, runcing pada area ujung, namun sedikit bungkuk pada area pangkal, menjadikan Raja Tumpang terlihat sangat tegas dan seperti memiliki jiwa pemberani.

Dalam beberapa cerita para kolektor pusaka, mengatakan bahwa Raja Tumpang ini salah satu primadonanya pusaka “urang asli banua” karena tidak ada di daerah lain yang memiliki bentuk atau pakem raja tumpang , kecuali di Kalimantan.
Bukan hanya sekedar benda bersejarah, namun juga memiliki nilai-nilai seni didalamnya serta filosofi tertentu bagi pemiliknya, bahkan ada sebagian pemilik pusaka ini meyakini bahwa si Raja Tumpang ini memiliki “tuah” tersendiri, adapun yang meyakini untuk mengangkat kewibawaan, kepercayaan diri, serta kerezekian, dan lain sebagainya.
Namun, sebagai umat beragama kita harus tetap berpegang teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sebagian dari cerita Raja Tumpang hanyalah menjadi nilai seni serta kebudayaan yang harus tetap dijaga dan dilestarikan.
Sedangkan di Kalimantan sendiri banyak komunitas pelestari pusaka, dengan tujuan untuk sarana silaturahim dan menjaga budaya dan edukasi tentang pusaka agar tidak hilang ditelan perkembangan zaman modern, di beberapa wilayah juga masih banyak terdapat beberapa empu (pengrajin pusaka) yang masih memproduksi benda pusaka khas Kalimantan.

Dikutip dari Kesultanan Banjar, Istilah nama ” Raja Tumpang” berasal dari raja pertama Banjar, yakni Sultan Suriansyah, yang memberikan pusaka Raja Tumpang kepada Mantri Jaya Arya sebagai tanda terimakasih dan penghargaan, dengan arti ” Raja yang pernah menumpang, menumpang hidup, menumpang harapan, menumpang masa depan”.
Sedikit pesan dari narasumber yang tidak mau disebut, bijaklah dalam merawat kebudayaan khususnya pusaka, jangan sampai salah gunakan. (dam)
Komentar